Bahaya Ambisi Terhadap Harta Dan Kehormatan


Bahaya Ambisi Terhadap Harta Dan Kehormatan

Oleh Imam Ibnu Rajab Rahimahullah (736-795) [1]

hartaSegala puji bagi rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya dan para shahabatnya sampai hari kiamat.

Dari Ka’ab bin Malik Al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

“Dua ekor serigala yang lapar kemudian dilepas, menuju seekor kambing, (maka kerusakan yang terjadi pada kambing itu) tidak lebih besar dibandingkan dengan kerusakan pada agama seseorang yang ditimbulkan akibat ambisi terhadap harta dan kehormatan”. [2]

Hadit ini berisi permisalan yang sangat agung, yaitu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kerusakan pada dien seorang muslim dengan sebab ambisi terhadap harta dan kehormatan di dunia. Hadits ini mengisyaratkan bahwa orang yang berambisi terhadap harta dan kehormatan (dunia) tidak akan selamat dari keutuhan keislamannya, kecuali sedikit orang yang selamat.

Permisalan yang agung ini mencakup peringatan keras dari bahaya ambisi terhadap harta dan kehormatan di dunia.

Adapun ambisi terhadap harta terbagi menjadi dua macam, yaitu:

Pertama : Sangat cinta terhadap harta, dan memforsir diri serta berlebih-lebihan dalam mencarinya meskipun dengan jalan yang halal.
Walaupun akibat yang timbul dari ambisi terhadap harta hanyalah tersia-sianya waktu dalam hidup ini, padahal memungkinkan bagi manusia untuk memanfaatkan waktu tersebut agar mencapai kedudukan yang tinggi dan kenikmatan yang abadi disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, cukuplah hal tersebut sebagai celaan terhadap perbuatan ambisi terhadap harta. Lanjutkan membaca

Bawa Bukti-Buktimu Bila Menuduh


Bawa Bukti-Buktimu Bila Menuduh

tanda tanyaDari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لو يُعْطَى الناسُ بدعواهُم لادّعَى قومٌ دماءَ قومٍ وأموالهُم ، ولكنّ البيّنَة على المُدّعِي ، واليمينُ على من أنكرَ حديث حسن رواه البيهقي وغيره هكذا وبعضه في الصحيحين

“Jika semua orang diberi hak (hanya) dengan dakwaan (klaim) mereka (semata), niscaya (akan) banyak orang yang mendakwakan (mengklaim) harta orang lain dan darah-darah mereka. Namun, bukti wajib didatangkan oleh pendakwa (pengklaim), dan sumpah harus diucapkan oleh orang yang mengingkari (tidak mengaku)”.

Hadits hasan, diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan yang lainnya. Sebagian kandungan teks semisal tercantum dalam kitab Ash-Shahihain.

Penjelasan Hadits

  1. Hadis di atas merupakan hadis ke-33 yang dimuat Imam An-Nawawi di dalam kitab Al-Arba’in An-Nawawiyah. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dan yang lainnya. Makna hadis ini juga dimuat di kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

  2. Ibnu Daqiq Al-’Id, dalam Syarah Al-Arba’in, berkata, “Hadis ini merupakan salah satu pokok dasar hukum-hukum Islam, dan rujukan utama dalam masalah perselisihan dan permusuhan. Hadis ini mengajarkan bahwa seseorang tidak boleh dihukumi benar hanya dengan membenarkan tuduhannya saja”. Lanjutkan membaca

Agama adalah An – Nashiihah (Hadits ke-7 Arbain anNawawiyyah)


Agama adalah An – Nashiihah (Hadits ke-7 Arbain anNawawiyyah)

Oleh Ustadz Kharisman

 

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ  أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ  – ثَلاَثاً- قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ   (رواه مسلم)

dari Abu Ruqoyyah Tamim bin Aus adDaari bahwasanya Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Agama ini adalah an-Nashiihah –beliau mengucapkan tiga kali-. Kami (para Sahabat) berkata: Untuk siapa wahai Rasulullah? Rasul menjawab: untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin kaum muslimin, dan seluruh kaum muslimin (H.R Muslim, Abu Dawud)

 

Arbain anNawawiyyahPENGULANGAN KALIMAT

Ucapan Nabi : “agama ini adalah anNashiihah” sebanyak tiga kali adalah berdasarkan riwayat Abu Dawud dan atTirmidzi, sedangkan menurut riwayat Muslim hanya disebutkan satu kali

 

MAKNA anNashiihah

 

AnNashiihah secara bahasa bisa bermakna :

  1. Memurnikan; membersihkan.
  2. Memperbaiki; menambal kekurangan (disarikan dari perkataan al-Khotthoby).

anNashiihah adalah lawan dari sikap khianat dan tipu daya. Kalau khianat dan tipu daya berarti ketidakcocokan antara sesuatu yang ditampakkan (lahiriah) dengan sesuatu yang disembunyikan (terpendam dalam hati dan direncanakan selanjutnya), maka anNashiihah adalah kejujuran dan keikhlasan; sama antara lahiriah (yang diucapkan, dikerjakan, dan ditampakkan) dengan batiniah (yang terdapat dalam hati).

AnNashiihah juga bermakna kemurnian niat dan tekad untuk memberikan kebaikan kepada obyek penerima tanpa ada tendensi/ kepentingan lain.

 

AnNashiihah kepada Allah

Sikap memurnikan tauhid kepada Allah dalam :

  1. Rububiyyah : meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb (Pencipta, Penguasa, dan Pengatur) seluruh makhluk.
  2. Uluhiyyah : beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allah.
  3. Asma’ Was-Sifaat : meyakini bahwa Allah memiliki Nama-Nama dan Sifat-Sifat yang penuh dengan kesempurnaan, terjauhkan dari segala aib dan kekurangan. Menetapkan bagi Allah Nama dan Sifat-Sifat yang Allah tetapkan dalam AlQuran maupun melalui lisan Rasul-Nya dalam Sunnah yang shahihahtanpa  :
  4. Tahriif :memalingkan lafadz atau maknanya kepada yang lain
  5. Ta’thiil : menolak/ meniadakan Nama dan Sifat-Sifat itu.
  6. Takyiif : menanyakan kaifiyatnya (bagaimana atau seperti apa).
  7.  Tamtsiil : menyamakan/ menyerupakan dengan makhluk.

Sudah terkandung dalam makna anNashiihah kepada Allah itu : mencintai Allah di atas segala-galanya, mencintai dan membenci sesuatu karena Allah, menjalankan ketaatan kepada-Nya, menjauhi laranganNya, membenarkan khabar dariNya, dan seterusnya. Lanjutkan membaca

Tafsir Hadits Al-Ghuroba’


Tafsir Hadits Al-Ghuroba’

GhurobaHadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بدأ الإسلام غريبا وسيعود غريبا كما بدأ فطوبى للغرباء

“Islam ini pada awalnya dianggap aneh dan akan kembali menjadi aneh sebagaimana awalnya dan beruntunglah orang-orang yang dianggap aneh saat itu.” [HR. Muslim dalam Shohihnya, Kitab Iman (145), dan Sunan Ibnu Majah bab Al-Fitan (3986), Musna Imam Ahmad bin Hambal (2/389)]

Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan,

قيل: يا رسول الله من الغرباء؟ قال: الذين يصلحون إذا فسد الناس

Seseorang bertanya, “wahai Rasulullah, siapa mereka orang-orang yang aneh (al-Ghuraba’) ?”, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tetap berbuat baik ketika manusia telah rusak.” [HR. Ahmad dalam Musnadnya (4/74)].

Dalam lafadz lain disebutkan,

الذين يصلحون ما أفسد الناس من سنتي

“Orang-orang yang tetap berbuat baik dengan sunnahku (mengamalkan sunnahku) sementara manusia merusaknya (meninggalkan sunnah).” [HR. Tirmidzi dalam sunannya bab Iman (2630)]

Dalam hadits yang lain disebutkan,

هم أناس صالحون قليل في أناس سوء كثير

“Mereka adalah manusia-manusia sholih yang berjumlah sedikit diantara manusia-manusia jahat/buruk yang berjumlah banyak.” [HR. Ahmad dalam Musnadnya (2/177)] Lanjutkan membaca

Kisah Jibril Menyumpalkan Tanah ke Mulut Fir’aun


Kisah Jibril Menyumpalkan Tanah ke Mulut Fir’aun

Oleh : DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar

Pengantar

Ini adalah kisah yang menjelaskan sejauh mana kebencian Jibril kepada thaghut Fir’aun, sampai ketika Fir’aun berkata, “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil.” (Yunus: 90), pada saat dia tenggelam. Jibril khawatir rahmat Allah akan menolongnya, maka Jibril menyumpal mulutnya dengan tanah agar tidak mengucapkannya dengan kalimat tauhid.

Teks Hadis

Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunah-nya dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Manakala Allah menenggelamkan Fir’aun, dia berkata, ‘Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang yang dipercayai oleh Bani Israil.'” (Yunus: 90). Jibril berkata, “Wahai Muhammad, seandainya kamu melihatku mengambil Lumpur laut, lalu aku suapkan di mulutnya karena aku takut rahmat mendapatinya.”

Abu Isa berkata, “Ini adalah hadis hasan.”

Dalam sebuah riwayat, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Jibril menyumpalkan tanah di mulut Fir’aun karena takut dia mengucapkan ‘la ilaaha illallah’ lalu Allah merahmatinya atau karena dia takut Allah merahmatinya.
Abu Isa At-Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadis hasan shahih gharib dari jalan ini.”

Takhrij Hadis

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Kitab Tafsir, bab dari surat Yunus, 4/287. Lihatlah hadis ini di Shahih Sunan Tirmidzi, 3/61, no. 3320-3321. Muhaqqiq Jami’ul Ushul (2/192) menisbatkannya kepada Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Jarir, dan Abu Dawud At-Thawalisi.

Penjelasan Hadis

Al-Qur’an telah menyampaikan kepada kita secara panjang lebar tentang Fir’aun, tentang kesombongan dan kelalaiannya, tentang sepak terjang dan perilakunya dalam menghadapi kebenaran. Al-Qur’an juga menyampaikan kepada kita tentang turunnya adzab Allah kepadanya dan bala tentaranya. Manakala Allah menenggelamkannya lalu membinasakannya, Jibril hadir untuk menyaksikan. Jibril telah memberitahu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa pada saat Fir’aun tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan yang dipercayai Bani Israil.

Di adaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atauEnsklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008).

NB : penjelasan rinci dalam bentuk Audio MP3 silakan ke :

http://abunamirahasna.wordpress.com/2013/01/04/312-kajiansyarah-hadist-jibril-ikut-membinasakan-firaun-pemateri-ustadz-abu-faiz-hafidzahullah/

Mengapa Ada Maksiat Di Bulan Ramadhan Padahal Setan-setan Telah Dibelenggu?


Mengapa Ada Maksiat Di Bulan Ramadhan Padahal Setan-setan Telah Dibelenggu?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

“Apabila telah masuk bulan Ramadhan, terbukalah pintu-pintu surga dan tertutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan pun terbelenggu.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

وقال القرطبي بعد أن رجح حمله على ظاهره فإن قيلكيف نرى الشرور والمعاصى واقعة في رمضان كثيرا فلو صفدت الشياطين لم يقع ذلك فالجواب أنها إنما تقل عن الصائمين الصوم الذي حوفظ على شروطه وروعيت ادابه أو المصفد بعض الشياطين وهم المردة لاكلهم كما تقدم في بعض الروايات أو المقصود تقليل الشرور فيه وهذا أمر محسوس فإن وقوع ذلك فيه أقل من غيره اذلا يلزم من تصفيد جميعهم أن لا يقع شر ولا معصية لأن لذلك اسبابا غير الشياطين كالنفوس الخبيثة والعادات القبيحة والشياطين الإنسية .

وقال غيره في تصفيد الشياطين في رمضان إشارة إلى رفع عذر المكلف كأنه يقال له قد كفت الشياطين عنك فلا تعتل بهم في ترك الطاعة ولا فعل المعصية .

“Dan berkata Al-Qurthubi rahimahullah setelah beliau menguatkan pendapat membawa makna hadits ini sesuai zahirnya, maka apabila ditanyakan:

“Mengapa kita masih melihat banyak kejelekan dan kemaksiatan terjadi di bulan Ramadhan padahal jika memang setan-setan telah dibelenggu, tentunya hal itu tidak akan terjadi?

Jawaban:

  • Sesungguhnya kemaksiatan itu hanyalah berkurang dari orang-orang yang berpuasa apabila pelaksanaan puasanya memperhatikan syarat-syarat puasa dan menjaga adab-adabnya.
  • Atau bisa juga bermakna bahwa yang dibelenggu itu hanyalah sebagian setan, yaitu para pembesar setan bukan seluruhnya, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada sebagian riwayat hadits.
  • Atau bisa juga maksudnya adalah pengurangan kejelekan-kejelekan di bulan Ramadhan, dan ini sesuatu yang dapat disaksikan, yaitu terjadinya kemaksiatan di bulan Ramadhan lebih sedikit dibanding bulan lainnya.
  • Karena dibelenggunya seluruh setan pun tidak dapat memastikan kejelekan dan kemaksiatan hilang sama sekali, sebab terjadinya kemaksiatan itu juga karena banyak sebab selain setan, seperti jiwa yang jelek, kebiasaan yang tidak baik dan godaan setan-setan dari golongan manusia.
  • Dan berkata selain Al-Qurthubi tentang dibelenggunya setan-setan di bulan Ramadhan adalah isyarat bahwa telah dihilangkannya alasan bagi seorang mukallaf dalam melakukan dosa, seakan dikatakan kepadanya, “Setan-setan telah ditahan dari menggodamu, maka jangan lagi kamu menjadikan setan sebagai alasan dalam meninggalkan ketaatan dan melakukan maksiat”.“

[Fathul Bari, 4/114-115]

Sumber : Mengapa Ada Maksiat Di Bulan Ramadhan Padahal Setan-setan Telah Dibelenggu?

Syarah Hadits Arba’in #18


Syarah Hadits Arba’in #18

Diterjemahkan dari kitab Fathul Qowwiy Al Matiin fi Syarh Al Arba’iin wa tatimmah Al Khomsiin (فتح القوي المتين في شرح الأربعين وتتمة الخمسين)

Karya Asy Syaikh Abdul Mushin ibn Hammad Al ‘Abbad Al Badr hafizhohullah

الحديث الثامن عشر

عن أبي ذر جُندب بن جُنادة وأبي عبد الرحمن معاذ بن جبل رضي الله تعالى عنهما، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “اتَّق الله حيثما كنت، وأتْبع السيِّئةَ الحسنةَ تَمحُها، وخالِق الناسَ بخُلُق حسن”رواه الترمذي، وقال: ” حديث حسن”، وفي بعض النسخ: “حسن صحيح“.

Hadits ke 18

Dari Abu Dzarr Jundab ibn Junaadah dan Abu Abdirrahman Mu’aadz ibn Jabal radhiallahu andhumaa, dari Rasulullah shallallahu alaih wasallam bersabda : “Bertaqwalah engkau dimanapun engkau berada, dan ikutilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapusnya, dan perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik“. HR Tirmidzi dan dia berkata : “Hadits hasan” dan pada sebagian naskah : “Hasan shahih”.

1 هذا الحديث اشتمل بجُملِه الثلاث على ما هو مطلوب من المسلم لربِّه ولنفسه ولغيره.

Hadits ini mengandung tiga kalimat yang dituntut seorang muslim kepada rabbnya dan kepada dirinya dan kepada selainnya. Lanjutkan membaca

Syarah Hadits Arba’in #34


Syarah Hadits Arba’in #34

Diterjemahkan dari kitab Fathul Qowwiy Al Matiin fi Syarh Al Arba’iin wa tatimmah Al Khomsiin (فتح القوي المتين في شرح الأربعين وتتمة الخمسين)

Karya Asy Syaikh Abdul Mushin ibn Hammad Al ‘Abbad Al Badr hafizhohullah

الحديث الرابع والثلاثون

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: سمعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: “مَن رأى منكم منكراً فليُغيِّره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه، وذلك أضعفُ الإيمان”رواه مسلم.

Hadits ke 34

Dari Abu Sa’iid Al Khudriy radhiallahu anhu dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu aliahi wasallam bersabda : “Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran hendaklah dia merubahnya dengan tangannya, maka jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu maka dengan hatinya, dan hal itu merupakan selemah-lemah iman.” HR Muslim Lanjutkan membaca

Syarah Hadits Arba’in #13


Syarah Hadits Arba’in #13

Diterjemahkan dari kitab Fathul Qowwiy Al Matiin fi Syarh Al Arba’iin wa tatimmah Al Khomsiin (فتح القوي المتين في شرح الأربعين وتتمة الخمسين)

Karya Asy Syaikh Abdul Mushin ibn Hammad Al ‘Abbad Al Badr hafizhohullah

الحديث الثالث عشر

عن أبي حمزة أنس بن مالك رضي الله تعالى عنه خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم، عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: “لا يُؤمنُ أحدُكم حتى يحبَّ لأخيه ما يحبُّ لنفسه” رواه البخاري ومسلم.

Hadits ke 13

Dari Abu Hamzah Anas ibn Maalik radhiyallahu ta’ala anhu, pelayan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda : “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang dari kalian hingga dia mencintai kepada saudaranya dengan apa yang dia dicintai untuk dirinya.” HR Bukhari Muslim

1 في هذا الحديث نفيُ كمال الإيمان الواجب عن المسلم حتى يحبَّ لأخيه المسلم ما يُحبُّ لنفسه، وذلك في أمور الدنيا والآخرة، ويدخل في ذلك أن يُعاملَ الناسَ بمثل ما يحبُّ أن يُعاملوه به، فقد جاء في صحيح مسلم (1844) عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما في حديث طويل: “فمَن أحبَّ أن يُزحزح عن النار ويُدخل الجنَّة، فلتأته منيَّتُه وهو يؤمن بالله واليوم الآخر، وليأت إلى الناس الذي يحبُّ أن يُؤتَى إليه”، وقال الله عزَّ وجلَّ: {وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ{ Lanjutkan membaca

Sampaikan Ilmu Dariku Walau Satu Ayat


Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Seputar perawi hadits :

Hadits ini diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash bin Wa’il bin Hasyim bin Su’aid bin Sa’ad bin Sahm As Sahmiy. Nama kunyah beliau Abu Muhammad, atau Abu Abdirrahman menurut pendapat lain. Beliau adalah salah satu diantara Al ‘Abaadilah (para shahabat yang bernama Abdullah, seperti ‘Abdullah Ibn Umar, ‘Abdullah ibn Abbas, dan sebagainya –pent) yang pertama kali memeluk Islam, dan seorang di antara fuqaha’ dari kalangan shahabat. Beliau meninggal pada bulan Dzulhijjah pada peperangan Al Harrah, atau menurut pendapat yang lebih kuat, beliau meninggal di Tha’if. Lanjutkan membaca