MENGENAL IKHWANUL MUSLIMIN DAN SOSOK PENDIRINYA


MENGENAL IKHWANUL MUSLIMIN DAN SOSOK PENDIRINYA

Ikhwanul MusliminNama Hasan Albanna tidak asing lagi ditelinga para aktivis harakah/pergerakan. Seorang pelopor gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang lahir pada tahun 1904, yang mereka gelari dengan Asy-Syahid, mujaddid/reformis, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab dan gelar-gelar setumpuk lainnya. Namun pernahkah mereka merenungkan sejenak, siapa jati diri sebenarnya sang idola? Apakah pujian dan sanjungan ini hanya dilatar belakangi oleh semangat yang membabi buta sehingga tidak tahu mana yang harus dipuji dan mana yang harus dibenci? Timbangan yang manakah yang mereka pakai untuk mengenal sosok sang pahlawan fanatik golongan ataukah kejahilan?

Dalam kesempatan kali ini, marilah kita bersama-sama menyaksikan sendiri sebagian penyimpangan-penyimpangan Hasan Albanna dengan hati yang lapang dada dan penuh ketulusan serta keikhlasan demi mencari kebenaran.

وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ

“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur’an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” (QS. Al-An’am : 55)

Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:

كان الناس يسألون رسول الله صلى الله عليه و سلم عن الخير و كنت أساله عن الشر مخافة أن يدركني

Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah r tentang kebaikan tapi aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan agar jangan sampai menimpaku. (HR. Bukhari dan Muslim)

Seorang penyair mengatakan:

عرفت الشر لا للش           ر لكن لتوقيه

ومن لا يعرف الشر     من الخير يقع فيه

Aku mengenal kejelekan bukan untuk berbuat kejelekan

                             Akan tetapi untuk aku menjauhinya

Dan barangsiapa yang tidak mengetahui kejelekan

                             dari kebaikan maka (kejelekan) itu akan menimpanya Lanjutkan membaca

Tauhid Dulu atau Daulah Islamiyyah?


Kebingungan tengah melanda umat manusia, tidak tua tidak muda semua pusing memikirkan nasib mereka yang tak kunjung membaik dari dahulu. Mereka mengidamkan sosok pemimpin yang “ideal”, yang karena itu mereka mengadopsi sebuah metode falsafah barat, demokrasi namanya, yang bukan hanya dianut oleh Amerika saja yang notabene sebagai negara demokrasi, namun Indonesiapun menganutnya. Benarkah demokrasi atau sistem pilkada atau yang sejenisnya sebagai satu-satunya solusi tepat memilih pemimpin ideal? Simaklah pembahasan yang satu ini!

Tak ada partai politik yang tak berambisi merebut kursi kepemimpinan. Masing-masing parpol memiliki visi dan misi tersendiri. Dan semua lapisan masyarakat sepakat dengan kesepakatan yang memang telah disepakati bersama untuk mengangkat seorang pemimpin, yakni dengan sistem coblosan. Tidak dipungkiri niat baik mereka; memilih pemimpin yang mampu membangun bangsa dan negara menuju masa depan yang lebih cerah setelah sekian lamanya tenggelam ditelan gelombang kehidupan. Namun, apakah hasilnya sebagaimana yang diniatkan? Faktanya menyedihkan sekali, ibarat jauh panggang dari api. Lanjutkan membaca

ADA APA ANTARA IKHWANUL MUSLIMIN DENGAN SYI’AH?


Oleh Ustadz Abdullah Taslim, Lc. Salah satu di antara pemikiran yang sangat menyimpang yang ada pada IM (al-Ikhwan al-Muslimun) adalah apa yang mereka namakan dengan dengan “At Taqriib Bainal Mazdaahibil Islaamiyyah (pendekatan antara berbagai kelompok/aliran dalam islam)”, bagaimanapun sesat dan menyimpangnya kelompok tersebut, salah satu di antara kelompok yang mereka ingin dekatkan adalah kelompok Syi’ah (Raafidhah) yang populer dengan segudang pemahaman sesat bahkan kufur – wal’iyaadzu billaah – yang mereka sebutkan dalam kitab-kitab mereka sendiri, seperti pengkafiran mereka terhadap mayoritas Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam – radiallahu ‘anhum -, keyakinan mereka bahwa kitab suci Al Quran yang ada saat ini sudah berubah dan tidak murni lagi, tuduhan keji dan dusta mereka terhadap istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang suci, ‘Aisyah radiallahu ‘anha, pengkultusan mereka yang berlebihan terhadap imam-imam mereka, yang bahkan sampai pada tingkatan meyakini adanya sifat-sifat ketuhanan pada diri imam-imam tersebut, dan masih banyak pemahaman sesat dan kufur mereka lainnya. Di antara bukti nyata yang menunjukkan sikap IM di atas adalah pujian, dukungan dan pembelaan mereka terhadap kelompok Syi’ah, termasuk dukungan terhadap revolusi Syi’ah di Iran, pertemuan persahabatan dengan tokoh-tokoh mereka, yang akan terlihat jelas dalam nukilan-nukilan yang akan kami bawakan sebagai berikut: Lanjutkan membaca

Warkah Ustaz Rasul Dahri


بِسْــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم


اِنَّ الْحَمْدَ للهِ ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَـرِيْكَ لَهُ ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. { يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْـلِمُوْنَ }. { يَااَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَّنِسَآءًا وَاتَّقُوْا اللهَ الَّذِيْ تَسَـآءلُوْنَ بِهِ وَالاَرْحَامَ اِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا} . { يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَقُوْا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُـوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا }. اَمَّا بَعْدُ : فَاِنَّ اَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ، وَاَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الاُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا ، فَاِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ .

Buku ini setelah diusahakan dengan kajian kritis dan serius, al-hamdulillah mampu mengenalkan kita dengan lebih dekat kepada sebuah pertubuhan berlebelkan Islam iaitu pertubuhan Ikhwanul Muslimin dan jamaahnya. Namun setelah berkenalan secara mendalam dengan pertubuhan ini, ternyata ia telah dikotori oleh beberapa talbis, makr, tadlis dan dicemari oleh hawa nafsu dan akal sehingga gerakannya banyak yang bertentangan dengan syariat yang dibawa oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam. Oleh kerana itu pertubuhan ini lebih layak dan tidak silap jika digelar sebagai Ikhwanul Muflisin [1] bukan Ikhwanul Muslimin. Gelaran “muflis” [2] layak disandang oleh pertubuhan yang dianggap klasik ini kerana ternyata gerakan ini (setelah dilakukan pembongkaran yang teliti, pembahasan secara ilmiyah dan penilaian secara syarie), terbukti ia masih ketandusan ilmu-ilmu yang hak, kegersangan akidah sahihah, dipenuhi dengan berbagai-bagai bid’ah dan tidak memiliki manhaj yang terang sehingga menyelusuri manhaj yang keliru malah membingungkan.

Buku ini dihasilkan dalam rangka menunaikan kewajipan menasihati umat, bukan bertujuan untuk provokasi, mengajak mereka agar menimbulkan kedengkian, memusuhi, menghukum fasik, bid’ah (tabdi’), mencela atau mengkafirkan mana-mana ulama, individu, jamaah, pertubuhan, parti atau gerakan kerana takfir (pengkafiran) bukanlah dari ajaran Ahli Sunnah wal-Jamaah yang bermanhaj Salaf as-Soleh, tetapi matlamat utama dari tulisan dan pendedahan ini untuk mengajak umat menjauhi setiap pemikiran dan seruan batil yang boleh merosakkan akidah, ibadah, akhlak dan syariat Allah. Lanjutkan membaca

76 – Pengertian Politik (Siyasah)


Politik yang dalam Bahasa Arab disebut “Siyasah”. Secara harfiyahnya dapat dimaksudkan sebagai mengurus, mengendali atau memimpin sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam:
كَانُوْا بَنُوْا اِسْرَائِلَ يَسُوْيُهُمْ اَنْبَيَاءُ هُمْ.

“Adapun Bani Israil dipimpin oleh para nabi mereka”.[1]

Secara syarie pula politik (siyasah) diertikan sebagai mengelola segala kepentingan rakyat terutamanya dalam ruang yang melingkupi negara atau masyarakat. Ia dilaksanakan dengan cara-cara yang dapat menjamin terealisasinya kemaslahatan umum dan menghindarkan segala macam kerugian dengan jalan yang tidak melanggar syariat Islamiyah melalui kaedah-kaedah asasinya, sekalipun tidak sejalan dengan pendapat para tokoh mujtahid.[2]

Termasuk yang dimasukkan ke bidang politik (siyasah) ialah hukum ahkam (juga perundangan) pemerintah, pengadilan, selok-belok kementerian, lembaga-lembaga pemerintah, urusan ketenteraan (termasuk kepolisan) dan sebagainya.[3]

Antara seruan dakwah yang diperjuangkan dalam gerakan Ikhwanul Muslimin ialah berpolitik atau bersiyasah. Politik adalah antara sasaran dan tujun utama dalam pertubuhan ini. Malangnya kegopohan, kerakusan dan ditambah dengan kemuflisan tokoh mereka dalam ilmu-ilmu siyasah as-Syariyah dan asyik mempromosikan jenama politik masing-masing, ianya telah memberikan kesan yang negatif kepada pertubuhan ini dan kepada semua gerakan-gerakan yang pro Ikhwanul Muslimin di Mesir yang menjadi kubu gerakan ini dan di negara-negara yang lainnya. Kegiatan politik tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin pula telah dicemari dengan berbagai-bagai bentuk bid’ah yang disangka Islami, sama ada bid’ah ala Khawarij, neo Muktazilah atau sekular. Akibatnya, selain menimbulkan perpecahan ia juga memunculkan keganasan diberbagai-bagai negara, sama ada negara Islam atau negara kuffar.

Antara tokoh-tokoh mereka yang mencampur-adukkan antara siyasah as-syariyah (siyasah Islamiyah) dengan siyasah taghutiyah ialah Yusuf al-Qaradhawi yang meyamakan Islam dengan demokrasi, Muhammad al-Gahazali yang menganggap siyasah Isytirakiyah (sosialis) itu Islam dan Islam itu adalah sosialis dan laungan Hasan al-Bana yang menjadikan pemikiran sufisme dan ekonomi kapitalisme sebagai dasar pentarbiahan siyasah yang diperjuangkannya. Lanjutkan membaca

75 – Jalan Penyelesaian Dari Krisis


Pada situasi sekarang, masalah yang timbul bukan sahaja terjadi akibat dari satu aspek, misalnya ekonomi tetapi juga terjadi pada aspek dan sebab-sebab yang lain seperti sosial, politik sehinggalah kepada masalah keagamaan. Namun apapun krisis yang timbul ia tidak boleh sembuh secara total jika dibasmi dengan kebatilan tunjuk perasaan, walaupun yang menganjurkannya adalah pertubuhan yang di atas-namakan nama Islam seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir atau sebagainya.

Munculnya di sesebuah negara pemimpin yang zalim antaranya berpunca dari perbuatan-perbuatan mungkar, seperti korupsi (rasuah), nepotisme atau sebagainya. Ia sering juga berpunca dari sikap dan tindakan rakyatnya terhadap pemerintah. Jika rakyat di sesebuah negara itu baik, nescaya Allah Subhanahu wa-Ta’ala akan menganugerahkan kepada mereka pemimpin yang baik dan bijaksana. Hal ini sudah dibuktikan oleh junjungan kita Nabi Muhammad sallallahu ‘alahi wa-sallam dan para Khulafa ar-Rasyidin.

Adapun setiap situasi yang kacau bilau, maka jalan keluar dan penyelesaiannya bukanlah dengan tunjuk perasaan atau demonstrasi, tetapi dengan ilmu syariat, kerana darinya akan munsul umat yang beramar makruf dan nahi mungkar secara yang aman, tepat, adil dan benar. Pembinaan insan dengan penerapan ilmu yang hak dan bermanfaat dalam dimensi kehidupan, insya Allah akan melahirkan generasi-generasi yang penyayang, sabar, intelek, genius, berakal, berdaya maju dan berinovasi kerana berbekalkan ilmu pengetahuan.

Akhirnya diharapkan selepas mendapat penerangan ini setiap langkah yang ingin dilakukan terlebih dahulu diukur dan dinilai dengan piawaian ilmu syara yang hak. Dengan demikian akan musnah dan terhapuslah virus salahguna kuasa, korupsi dan virus-virus perosak yang lainnya yang disalahgunakan oleh golongan yang dipimpin oleh tokoh-tokoh yang berkepentingan dan tidak bertanggungjawab. Wallahu a’lam.

74 – Bantahan Terhadap Syubhat Abdulrahman Abdulkhaliq


Diawal penulisan telah penulis sentuh masalah manhaj Abdulrahman Abdulkhaliq seorang Ikhwani (pengekor Ikhwanul Muslimin) terhadap pemerintahan muslimin. Iaitu bolehnya mengadakan demonstrasi sebagai alat dakwah dengan berdalil riwayat Umar radiallahu ‘anhu yang dibawakan oleh seorang penanya di atas.

Dan Syeikh al-Albani rahimahullah mengatakan bahawa beliau belum tahu sahih atau daifnya riwayat tersebut. Syeikh Abdul Aziz bin Bazz telah membantah syubhat Abdulrahman Abdulkhaliq. Syeikh bin Baz berkata: “Engkau menyebutkan pada kitab Fushul Minas Siyasah as Syariyah hal. 31-32 bahawasanya termasuk dari uslub (metod) dakwah Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam adalah demonstrasi. Saya belum pernah mengetahui nas yang syarih dalam masalah ini. Maka saya mengharap faedah dari siapa kamu mengambil dan dari kitab mana kamu dapatkan. Jika hal itu tidak ada sanadnya, maka kamu wajib untuk rujuk (bertaubat) dari hal itu kerana saya tidak tahu sama sekali nas-nas yang menunjukkan hal itu. Dengan menggunakan demonstrasi atau tunjuk perasaan justeru mengakibatkan banyak kerosakan, maka tidak sewajarnya orang-orang yang membuat kerosakan berdalih dengan hadis yang tidak ada sanadnya dalam demonstrasi-demonstrasi mereka yang batil.” (Tanbihat wa Ta’aqibat. Hlm. 41).

Jawapan Abdulrahman Abdulkhaliq: Adapun ucapanku pada kitab al Fusul Minas Syiasah as Syariyah fi Dakwah Ilallah, maka saya katakan: Saya telah menyebutkan demonstrasi-demonstrasi yang digelar itu sebagai wasilah (perantaraan) Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam dalam menampakkan dakwah Islam sebagaimana telah diriwayatkan bahawa setelah Islamnya Umar radiallahu ‘anhu kaum muslimin keluar kerana perintah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam pada dua saf (barisan) dalam rangka menampakkan kekuatan. Dalam satu barisan terdapat Hamzah radiallahu ‘anhu sedang barisan yang lain ada Umar bin al-Khattab radiallahu ‘anhu berserta kaum muslimin.”

Kemudian Abdulrahman Abdulkhaliq membawakan riwayat dengan sanad-sanad yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam al-Hilayah dengan sanad sampai kepada Ibnu Abbas radiallahu ‘anhu, Ibnu Abi Syaibah dalam as-Syabah dan di dalam tarikhnya serta al Bazar. Kemudian dia (Abdulrahman) berkata: Tetapi setelah kedatangan surat anda (Syeikh Ibnu Bazz) aku dapati bahawa jalur sanad hadis ini atas Ishaq bin Abdullah bin Abi Farwah, ianya mungkarul hadis. Demikian pernyataan Abdulrahman Abdulkhaliq (ini membuktikan bahawa Abdulrahman Abdulkhaliq mengakui tentang kemungkaran hadis demonstrasi). Lanjutkan membaca

73 – Berdemonstrasi Menyerupai Orang-Orang Kafir


Sangat dikesalkan di mana perbuatan berdemonstrasi ditiru juga oleh para aktivis Islam. Mengapa mereka melakukan hal demikian? Di mana ciri-ciri keIslaman mereka? Atas dasar apa mereka melakukannya? Apakah berdasarkan syubhat (kekaburan pemahaman) terhadap syariah? Mereka (penunjuk perasaan) yang beragama Islam tidak sedar bahawa mereka telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam junjungan mereka, kerana perbuatan tersebut menyerupai perbuatan orang-orang kafir. Baginda sallallahu ‘alaihi wa-sallam mengkhabarkan:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ.

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka mereka termasuk kaum tersebut.”

Demonstrasi termasuk tasyabbuh terhadap orang kafir. Telah diterangkan oleh Syeikh al-Albani rahimahullah tatkala seorang bertanya kepada beliau: “Apa hukumnya demonstrasi, misalnya para remaja lelaki ataupun perempuan keluar ke jalan-jalan? Beliau bertanya: Para perempuan juga? Penanya menjawab: Benar, sungguh ini benar telah terjadi! Syeikh berkata: Masya Allah! Penanya berkata: Mereka keluar ke jalan-jalan dalam rangka membentang sebahagian permasalahan yang dituntut atau menentang pemerintahan oleh orang yang mereka anggap taghut, atau menagih apa yang mereka tuntut dari parti-parti politik yang bertentangan dengan mereka. Apa hukumnya perbuatan ini? Syeikh menjawab: Aku katakan – wabillahi taufiq – jawaban dari soalan ini termasuk pada kaedah dalam sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam yang dikeluarkan oleh Abu Daud di dalam Sunnannya. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda:

“Aku diutus dengan pedang diketika hampirnya hari kiamat sehinggalah hanya Allahlah yang disembah, tidak ada sekutu bagiNya. Dan Allah menjadikan rezekiku di bawah naungan tombak, dijadikan kerendahan dan kekerdilan atas orang yang menentang pemerintah. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum mereka”.

Yang dijadikan dalil dari ucapan baginda sallallahu ‘alaihi wa-sallam ini adalah perkataan:

“Barangsiapa yang (tasyabbuh) menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum mereka.” Lanjutkan membaca

72 – Manhaj Salaf Beramar Makruf Nahi Mungkar


Allah ‘Azza wa-Jalla adalah Tuhan yang Maha Adil. Dia akan memberikan kepada orang-orang yang beriman seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Sebaliknya dia akan menjadikan bagi rakyat yang durhaka seorang pemimpin yang zalim. Maka jika tertimpa pada suatu masyarakat atau negara sehingga terlantik seorang pemimpin yang zalim, sesungguhnya kezaliman tersebut dimulai dan datang dari rakyatnya. Meskipun demikian apabila rakyat dipimpin oleh seorang penguasa yang melakukan kezaliman, kemaksiatan, penyelisihan dan penentangan (terhadap syariat) yang tidak mengakibatkan ia kufur dan terkeluar dari Islam, maka tetap diwajibkan kepada setiap rakyat yang berilmu untuk menasihati pemimpin dengan cara yang sesuai dengan syariat. Bukan dengan ucapan yang kasar yang dilemparkan di tempat-tempat umum (khalayak ramai), apatah lagi mengkhabarkan dan membuka aib pemerintah, kerana tindakan serupa itu dapat menimbulkan fitnah yang lebih besar dari permasalahan yang mereka tuntut.

Adapun suruhan memberi nasihat kepada pemerintah dengan sembunyi-sembunyi adalah hadis Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa -sallam:

“Barangsiapa yang ingin menasihati pemerintah dengan suatu perkara; Maka janganlah ia paparkan di khalayak ramai. Akan tetapi hendaklah ia mengambil tangan penguasa (raja) dengan empat mata. Jika ia menerima, maka itu (yang diinginkan) dan kalau tidak maka sungguh dia telah menyampaikan nasihat kepadanya. Dosa bagi dia dan pahala baginya (orang yang menasihati).”
Hadis dikeluarkan oleh Imam Ahmad al-Khaitysami dalam al-Majma’, Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah. Hadis ini banyak yang meriwayatkannya sehingga kedudukannya sahih. Demikian keterangan Syeikh Abdullah bin Barjas bin Nashir Ali Abdul Karim.[1] Syeikh al-Albani mensahihkannya dalam Dilalul Jannah fi Takhriji Sunnah. Hadis ini menjadi dasar dalam menasihati pemerintah. Orang yang menasihati jika sudah melaksanakan cara ini, dia telah berlepas diri (dari dosa) dan pertanggungjawaban. Demikian dijelaskan oleh Syeikh Abdullah bin Barjas. Sesungguhnya para ulama salaf bertindak sesuai dengan kandungan hadis ini. Imam asy-Syaukani rahimahullah yang berkata:

“Bagi orang-orang yang ingin menasihati imam (pemimpin) dalam beberapa masalah (lantaran pemimpin itu telah berbuat salah), seharusnya ia tidak mengeluarkan kata-kata yang buruk di hadapan khalayak ramai. Tetapi sebagaimana terdapat arahan di dalam hadis sahih, bahawa seorang tadi mengambil tangan imam dan berbicara empat mata dengannya, kemudian menasihatinya tanpa merendahkan penguasa Allah”. Lanjutkan membaca

71 – Demonstrasi


Bahang dan semangat untuk berdemonstrasi atau mengadakan tunjuk perasaan untuk membantah atau memprotes sesebuah kerajaan khusunya termasuklah di negara-negara Islam, sentiasa marak kerana kebanyakan mereka yang suka berdemonstrasi adalah individu-individu atau kumpulan yang jahil tentang hukum-hukum Syarie. Sebahagian mereka mengatakan:

“Aksi tunjuk perasaan tidak dilarang kerana telah dipelopori oleh individu Islam dan para ulamanya. Ada pula yang mengomentar: Tidak mungkin adanya bahang semangat untuk berdemonstrasi kecuali ada yang menghasut. Pendapat yang lain pula mengatakan: Demonstrasi ini adalah luahan hati nurani rakyat”.

Demikianlah beberapa komentar para pemerhati tentang demonstrasi yang terjadi dihampir semua negara termasuk negara-negara Islam. Sebahagian mereka menentangnya dan menganggap demonstrasi ini sebagai kemungkaran yang didalangi oleh pihak-pihak tertentu. Sebahagian yang lain pula mendukung mati-matian dan menganggapnya sebagai jihad menentang kemungkaran dan kezaliman sesebuah pemerintah atau kerajaan.

Apapun yang menjadi alasan mereka, demonstrasi menurut hukum syara adalah perbuatan yang telah diharamkan, sememangnya ditegah oleh para ulama yang berpegang dengan pegangan manhaj Salaful Ummah atau yang bermanhaj dengan manhaj Salaf as-Soleh, kerana demonstrasi ternyata tidak pernah terbukti mendatangkan apa pun kebaikan kepada daulah atau ummah.

Demonstrasi Pertama Dalam Sejarah Islam

Berlakunya kejadian sehingga terbunuhnya Uthman bin ‘Affan radiallahu ‘anhu dan tercetusnya pemikiran Khawarij sangat erat hubungannya dengan demonstrasi. Kronologis kisah terbunuhnya Uthman radiallahu ‘anhu adalah bermula dari isu-isu tentang fitnah yang dilontarkan kepada Khalifah Uthman yang disebarkan oleh seorang pendita Yahudi Abdullah bin Saba’ di kalangan kaum muslimin. Lanjutkan membaca